jangan lihat siapa yang berbicara, tapi apa yang dibicarakannya
(sayyidina Ali karomallohuwajhah)

we come from nothing, we're going back to nothing, what have we lost? NOTHING
(anonim)
non conformity in my innerself, only I guide my innerself
(max cavalera/sepultura)

Sabtu, 22 Mei 2010

ada di mana Anda jam ini, menit ini, detik ini?















Seorang remaja duduk termenung setengah membungkuk dan wajahnya menunjukkan mimik sedih dengan mata menerawang. Ketika seseorang lagi menghampiri menanyakan kepadanya terjadilah obrolan berikut.


X : hey, bengong aj! Mikirin apa?

Y : oh hey (terkejut dengan sapaan X). Gapapa kok, cuma sedikit bingung….

X : bingung? Apa yang dibingungin?

Y : gini, UAN kemaren aku ga lulus…nilai bahasa Indonesia sama matematikaku kurang dari syarat untuk lulus…dan minggu depan ada ujian susulan…

X : terus kamu hanya duduk di sini buat bengong??

Y : aku bingung bang…aku nyesel kemaren2 ga pernah belajar, terus sekarang aku takut untuk menghadapi ujian susulan dan masa depanku nanti…


Sangat ironis, itu adalah hal pertama yang muncul dalam pikiranku.


Betapa malangnya anak ini yang selalu didera kekhawatiran dan penyesalan…seumur hidup dia tidak akan bisa menikmati hidupnya walau sedetik saja, hingga dia merubah sikapnya itu.


Gambaran tersebut di atas mengingatkan kita tetang apa itu konsep “HERE and NOW”. Terkadang aku melihat sopir-sopir angkutan umum yang sedang beristirahat di pos2nya sambil merokok dan menikmati segelas kopi…namun hakikatnya mereka tidak sedang merokok dan meminum kopi…mereka entah sedang berada di mana. Di rumahnya mungkin? Di tempat prostitusi kelas teri mungkin? Atau mungkin malah sedang di alam kuburnya? Who knows??


Maksudnya adalah, mereka tidak seutuhnya menikmati setiap hisapan rokoknya (bunyi gemeritik kertas rokok yang terbakar, sentuhan asap yang mengepul di dalam mulutnya, perlahan2nya asap rokok yang keluar melalui hidung) atau seruputan kopinya karena pikiran mereka tidak di rokok atau kopi itu. Mereka sedang “menikmati” ilusi tentang hal-hal yang sedang terjadi di tempat lain ataupun yang akan terjadi nanti, sekali lagi itu semua hanyalah ilusi karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi sejam kedepan bahkan semenit kedepan.


Bahaya ilusi itu adalah, ketika seseorang berilusi ttg suatu hal di saat dan di mana orang itu tidak ada di sana, maka orang itu akan mengalami kekhawatiran, kecemasan dan mungkin “kenyamanan”sesaat sebagai angan2 yang akan membunuhnya perlahan. Belum lagi dengan present activity nya yang akan terbuang sia-sia tanpa sedikitpun membekas bagi orang2 itu, yang sebenarnya justru waktu sekaranglah yang paling realistis untuk dilakukan dan mampu mengubah apa yang akan terjadi kedepannya.


Hhmmm…memang manusia terkadang tidak sabaran….mereka senang meloncat2 dari satu hal ke hal yang lainnya sedangkan yang sedang dihadapinya sekarang malah terbengkalai tidak terselesaikan atau minimal ia nikmati. (termasuk penulis sendiri).


Lalu bagaimna dengan masa lalu?

Hal itu sudah digambarkan dengan ilustrasi obrolan anak SMA tadi di atas. Melihat ke belakang memang terkadang perlu, tapi sebelum melakukannya, kita harus keluar dari diri kita. Jadilah orang lain yang sedang menatap diri kita dan masa lalu yang pernah kita lalui. Jadikanlah refleksi masa lalu itu sebagai pelajaran dan motivasi, bukan malah mendemotivasi dan membuat runtuh semangat yang telah kita bangun..-lihat ke belakang itu perlu, tapi klo kelamaan nanti bisa nabrak!!-


Namun, hal umum yang terjadi adalah, kita selalu meratapi apa yang telah terjadi di masa lalu. Kita sering menempatkan diri kita di suatu tempat di masa lalu tersebut, seakan-akan kita mengalaminya lagi. Seperti anak SMA tadi yang meratapi masa lalunya sehingga ratapan itu dia internalisasikan ke dalam dirinya dan yang akhirya menjadi penyesalan yang menyesakkan dada, merubah mood, dan kembali lagi akan menjadikan ilusi untuk masa depannya –masa depan dan masa lalu bagaikan rantai roda sepeda motor yang saling tarik menarik bagi orang2 yang tidak bisa menerapkan HERE and NOW-


Saya sering menjumpai orang2 yang sangat ketakutan kehilangan pacarnya karena pernah mengalami kegagalan dalam bercinta, seakan2 kehilangan “orang terkasih” itu lebih parah dari kehilangan ibu dan ayahnya atau bahkan Tuhan sekalipun. Mereka ini orang2 yang tidak mampu menempatkan diri mereka di masa sekarang ini, mereka masih terlalu kuat dipengaruhi masa lalunya.


Apakah mereka tidak sadar, bahwa sesungguhnya mereka telah kehilangan pacarnya? Ya mereka tidak sadar, mereka sedang hidup di masa lalu…mereka mengulangi lagi masa lalunya…mereka tidak hidup di saat sekarang, yang intinya mereka tidak benar2 mencintai pacar mereka sendiri…malah mencintai masa lalunya yang terus mereka bawa kemana2.


Lambat atau cepat, hal seperti itu akan membunuhnya. Karena kehilangan momen berharga yaitu waktu sekarang…realitas sekarang sebagai modal untuk maju ke depan menjadi lebih baik.


Lalu bagaimana?

Jawabannya simpel, tapi tidak se simpel pelaksanaannya. Hiduplah, nikmatilah, fokuslah terhadap apa saja yang sedang kalian hadapi saat ini. Selain akan menjadikan kualitas aktivitas kalian bagus, hasilnya juga akan bagus, dan secara perlahan namun pasti, hal itu akan menuntun kalian ke arah yang diinginkan (bukan diangankan).

Dengarkanlah suara sekitarmu dengan cermat…kicauan burung, knalpot kendaraan. Rasakanlah udara menyentuh kulitmu, keringat yang merambat turun dari dahimu, rasakan kedipan kelopak matamu yang membasahi lagi selaput korneamu….nikmatilah yang ada sekarang, lakukanlah apapun yang bisa kalian lakukan sekarang, dan bersyukurlah selalu kepada Nya…


Selamat mecoba : )


(terinspirasi dari obrolan Mafioso di depan LM hari jumat 21 mei 2010 pukul 14.00)

2 komentar:

  1. yeah, the future is unwritten my friend.
    rayakan hidupmu hari ini! :D

    BalasHapus
  2. terimakasih atas komen2nya...
    tunggulah tulisan berikutnya
    :D

    BalasHapus